Diberdayakan oleh Blogger.
                 

Pencarian

Loading

Popular Posts

Reader Community

Minggu, 17 Februari 2013

Berjalan Ditengah Badai



Pada suatu hari, seperti biasanya aku dan ayah bekendaraan menuju ke suatu tempat. Dan aku yang mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.
“Bagaimana Ayah? Kita berhenti?”, Aku bertanya.
“Teruslah mengemudi!”, kata Ayah.
Aku tetap menjalankan mobilku. Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun. Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yg diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Kulihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti.
“Ayah…?”
“Teruslah mengemudi!” kata Ayah sambil terus melihat ke depan.
Aku tetap mengemudi dgn bersusah payah.
Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja.
Anginpun mengguncang-guncangkan mobil kecilku.
Aku mulai takut.
Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.
Setelah melewati bbrpa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda & angin mulai berkurang. Setelah beberapa killometer lagi, sampailah kami pd daerah yg kering & kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.
“Silakan kalau mau berhenti dan keluarlah”, kata Ayah tiba-tiba.
“Kenapa sekarang?”, tanyaku heran.
“Agar engkau bisa melihat dirimu seandainya engkau berhenti di tengah badai”.
Aku berhenti dan keluar. Kulihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Aku membayangkan mereka yg terjebak di sana dan berdoa, semoga mereka selamat.
Dan aku mengerti mngapa ayah menyuruhku tetap mengemudi dan berjalan di tengah badai. Aku mlihat mreka yg berhenti dan akkhirnya  terjebak dalam ketidakpastian dan ketakutan kapan badai akan berakhir serta apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jika kita sdg menghadapi “badai” kehidupan, teruslah berjalan, jgn berhenti, jgn putus asa…Sebaliknya  teruslah berjalan dan tetap lakukan yang terbaik, serta tentunya  mengijinkan Tuhan menuntunmu, engkau pasti mampu mlewati badai itu..!

[ Baca Selengkapnya... ]

Kamis, 27 Desember 2012

Lakukanlah Semua Untuk Kemuliaan Allah


Tiga orang kuli bangunan tampak sedang sibuk bekerja di bawah panas terik matahari. Terlihat jelas ketiganya sedang mandi keringat setelah bekerja dari pagi tadi. Namun ada sesuatu yang berbeda dari mereka bertiga. Ketiganya menunjukkan ekspresi wajah yang tidak sama. Penuh rasa penasaran, seorang pemuda menghampiri ketiga kuli bangunan tersebut.

“Pak, apa yang sedang bapak kerjakan?”, tanya si pemuda. Kuli bangunan pertama ini menjawab dengan nada yang kurang bersahabat : “Pak, apa bapak tidak bisa lihat kalau saya sedang bekerja? Kalau bapak mau bantu, bantulah. Ngga usah pakai acara tanya-tanya segala. Macam wartawan saja!”. Si pemuda ini kemudian minta maaf dan pindah ke kuli bangunan yang kedua. “Pak, maaf, apa yang sedang bapak kerjakan?”, tanya si pemuda kepada kuli bangunan yang kedua. Kali ini, jawaban yang diterimanya agak berbeda. “Saya sedang nyari duit, Mas. Sekarang sulit cari kerja, jadi saya terpaksa melakukan pekerjaan apa pun. Yang penting halal”, katanya sambil menghapus keringat di keningnya. Si pemuda ini pun mengangguk.

Si pemuda kemudian melangkahkan kakinya menuju kuli bangunan ketiga. Sambil tersenyum, si pemuda ini kembali bertanya : “Maaf pak, apa yang sedang bapak kerjakan?” Berbeda dengan kedua temannya, kuli bangunan yang ketiga ini memberikan sebuah senyuman sembari menjawab pertanyaan tadi. “Sudah lama saya bercita-cita agar bisa melakukan sesuatu yang usianya melebihi usia hidup saya di dunia ini namun rupanya Tuhan baru memberikan kesempatan itu sekarang”, katanya.

Penuh rasa penasaran, si pemuda kembali bertanya : “Maksud bapak apa?”. Kuli bangunan ketiga kembali tersenyum dan balik bertanya : “Anak muda, tahukah engkau apa yang sedang kami kerjakan saat ini?” Si pemuda hanya bisa geleng-geleng kepala. “Kami sedang membangun sebuah gereja. Saya secara pribadi sangat senang diperkenankan ambil bagian dalam pembangunan ini. Semoga dalam beberapa bulan ke depan, gereja ini bisa berdiri dan menjadi berkat bagi saya serta semua orang yang beribadah di sini,” jelasnya.

Cerita sederhana di atas seakan hendak mengingatkan kita bahwa pekerjaan yang sedang kita lakukan barangkali memiliki nilai yang mulia alias tidak sekedar bekerja. Sering kita temui orang yang bekerja hanya untuk mendapatkan uang. Betapa menyedihkan! Saya masih ingat pengalaman beberapa tahun silam ketika saya masih berkarya sebagai jurnalis. Saat itu seorang teman mengingatkan saya agar jangan terlalu “ngotot” dalam bekerja. Rupanya ia memakai prinsip KSO alias kerja sesuai ongkos.

Sebaliknya, ada seorang teman yang memberikan prinsip yang berlawanan. “Kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan dengan sebaik-baiknya dan imbalannya akan mengikutimu,” begitu nasihatnya. Saya rasa nasihat ini benar. Jika kita senantiasa melakukan hal yang terbaik, prestasi dan reputasi akan menghampiri diri kita.

Dr. Jimmy B. Oentoro dalam bukunya The 7-40 Journey mengatakan orang yang bekerja sekedar untuk mendapatkan upah lebih mirip perbudakan daripada kebebasan. Ada juga orang yang bekerja demi menyediakan kebutuhan orang lain, seperti istri dan anak-anak. Ini adalah alasan yang mulia. Namun di sisi lain pekerjaan dapat menjadi sarana bagi seseorang untuk mengekspresikan talenta yang dimilikinya, misalnya seorang penulis atau pelukis. Pekerjaan juga dapat dipandang sebagai sarana untuk memberikan kontribusi positif kepada kehidupan orang lain. Misalnya, seorang salesman yang baik akan berusaha untuk membantu memecahkan masalah konsumennya.

Pekerjaan juga dapat menjadi sebuah doa, bahkan ibadah kepada Tuhan. Pekerjaan yang dilakukan dengan sebaik-baiknya dan dengan sepenuh hati dapat menjadi sebuah doa dan ucapan syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan. Inilah yang membuat hidup seseorang bernilai. Bukankah Tuhan ingin agar setiap manusia mengembangkan potensi yang telah diberikan-Nya? Pengembangan potensi diri secara maksimal jelas merupakan bentuk ucapan terima kasih kepada Tuhan. Bukan hanya itu, potensi diri yang dikembangkan dan kemudian digunakan demi menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi sesama tentu akan memuliakan nama Tuhan di muka bumi ini.

Ijinkanlah saya menutup jumpa kita kali ini dengan sebuah nasihat bijak dari Martin Luther King, Jr. :“Kalau seorang terpanggil menjadi tukang sapu jalanan, hendaknya ia menyapu jalanan seperti Michelangelo melukis, atau Beethoven menggubah musik, atau Shakespeare menulis puisi. Hendaknya ia menyapu jalanan sedemikian baiknya sehingga semua penghuni surga dan bumi akan tertegun dan berkata, di sini pernah hidup seorang penyapu jalanan yang hebat, yang melaksanakan tugasnya dengan baik,” katanya. Bagaimana Anda memandang pekerjaan Anda saat ini? ***

[ Baca Selengkapnya... ]

Allah Peduli



Suatu saat.
aku sedang menikmati senja dalam perahu keselamatanku yang sedang berlabuh Kulihat Tuhan di ruang pengemudi, Ia menatapku dan berkata "Lepaskanlah tambatan tali itu, danbiarkan Aku membawa engkau ke seberang.
Sebab bukan rancangan-Ku engkau tertambat disini".

Gelisah dan kuatir aku menjawab,
"Tuhan, bukankah lebih baik aku tetap di sini?.
Aku tidak akan melihat taufan dan badai.
Dan aku dapat kembali ke darat kapan pun aku mau".

Dengan lembut, Ia memegang tanganku, menatap mataku dan berkata:
"Engkau tidak akan mengalami taufan dan badai, tapi engkau juga tidak pernah melihat bagaimana Aku mengatasi semua itu.
Engkau juga tidak akan pernah melihat, bahwa Aku berkuasa atas semua itu".

Dalam pergumulanku,
Aku memandangi tali yang mengikat perahu.
Di tali itu, ku lihat ada rasa kuatir akan Keuangan, Pekerjaan, Kehidupan, Dan masa depanku.

Dalam hatiku aku bertanya,
Tahukah Ia apa yang aku inginkan?
Mengertikah Ia apa yang aku rindukan?

Tuhan memelukku dan berkata lembut,
"Memang tidak semuanya akan sesuai dengan apa yang kau inginkan, Bahkan mungkin kebalikannya yang akan engkau dapatkan.

Tapi maukah kau percaya, bahwa rancangan-Ku adalah rancangan damai sejahtera, Dan masa depanmu adalah masa depan yang penuh harapan?".
Ia memeluk dan menangis bersamaku.

Lalu dengan berat aku melepas tali perahuku.
Ku lepaskan semua rasa kuatir itu dari hatiku.
Ku taruh hak atas masa depanku di tangan-Nya. Aku tidak tahu bagaimana nanti masa depanku, tapi aku percaya Ia sudah ada di sana.

Sambil menangis aku menatap-Nya dan berkata, "Jadilah nahkoda dalam hidupku Dan marilah kita berlayar Bersama.

[ Baca Selengkapnya... ]

Sabtu, 22 Desember 2012

Ibu Yang Hebat



Seseorang berkisah tentang pengorbanan ibunya. Aku lahir didalam keluarga miskin yang seringkali kekurangan makanan Ibu mengetahui bahwa aku belum kenyang, sehinga ia memindahkan nasinya kepiringku sembari berkata, “Ini untukmu Nak, Ibu tidak lapar.” Padahal aku tahu persis bahwa ibu belum makan, ibu pasti lapar.

Agar aku mendapatkan makanan bergizi, ibu sering pergi memancing. Sepulangnya dari memancing, ia memasak sup ikan yang lezat dan memberikannya kepadaku. Aku memakannya dengan lahap, tetapi aku memperhatikan bahwa ibu mengambil tulang ikan bekas aku makan dan mulai memakan daging ikan yang masih tersisa ditulang tersebut. Aku sedih melihat Ibu. Kemudian dengan sumpitku aku memberikan daging ikan kepadanya, tetapi ia berkata, “Buat kamu saja Nak, Ibu tidak suka ikan.” Ibu berkata begitu meskipun aku tahu bahwa ibu suka ikan.
Ketika aku masuk SMP, biaya yang kuperlukan semakin banyak. Untuk mendapatkan uang tambahan, ibu bekerja menempel kotak korek api. Walau sudah larut malam, aku masih melihat ibu menempel kotak korek api dengan penerangan lilin yang kecil, “Ibu tidak mengantuk?” tanyaku. “Tidurlah Nak, Ibu belum mengantuk,” jawabnya. Padahal aku melihat matanya sudah hampir terpejam karena mengantuk.Ketika aku menjalani ujian, Ibu cuti dari pekerjaan untuk menemaniku pergi ujian. Walau terik matahari terasa menyengat, Ibu tetap menungguku diluar. Selesai ujian, Ibu memberiku teh manis. Karena aku melihat Ibu kepanasan dan pasti haus, maka aku memberikan gelas berisi teh kepada Ibu, tetapi ia berkata, “Minumlah Nak, Ibu tidak haus."Singkat cerita, setelah lulus S1, aku melanjutkan ke S2 dan bekerja di sebuah perusahaan di Amerika. Gajiku cukup besar, sehingga aku bermaksud mengajak Ibu tinggal bersamaku dan menikmati hidup di Amerika. Tetapi Ibu berkata, “Aku tidak terbiasa hidup disana.” Aku tahu Ibu mengatakan itu karena tidak mau merepotkan.Diusianya yang sudah tua, ibu terkena kanker lambung dan penyakit itu membuatnya tersiksa. Aku pulang dan melihat Ibu terbaring lemah menahan sakit. Ia memandangku dengan tatapan rindu. Aku menangis melihat penderitaan Ibu, tapi ia berkata, “Jangan menangis Nak, Ibu tidak merasa sakit.” Itu adalah ucapan terakhir Ibu sebelum ia menutup matanya dan kembali ke pangkuan Tuhan.
Kisah diatas adalah gambaran kasih dan pengorbanan seorang ibu. Sebagai anak, kasihi, hormati dan balaslah budi baik Ibu kita, karena ia adalah kehendak Tuhan. Renungkanlah sejenak apa yang sudah Anda lakukan bagi Ibu yagn sudah melahirkan dan membesarkan Anda. Jika saat ini Anda sedang mengalami keretakan hubungan dengan Ibu Anda, adakan pemberesan sehingga berkat-berkat Tuhan tidak terhambat.

1 Timotius 5:4 - Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.

Amsal 23:22 - Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua.

[ Baca Selengkapnya... ]

Selasa, 11 Desember 2012

Goresan Mobil



Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap.
Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu.
Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu.
Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.
“Buk….!” Aah…, ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu.
Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.
“Cittt….” ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan.
Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele.
Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati.
Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa.
Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.
“Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!”
Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.
“Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya.
“Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.
Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.
“Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa.
“Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.
“Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….”
Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.
“Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku.
Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..” Kini, ia mulai terisak.
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.
“Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda?
Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya.”
Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam.
Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan.
Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah.
Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya.
Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.
Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.
“Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak.”
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.
Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Dtelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dilewatinya.
Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya.
Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu.
Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.
Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: “Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.”
Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan.
Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan.
Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?
Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita.
Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya.
Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.
Teman, kadang memang, ada yang akan “melemparkan batu” buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak.
Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita

[ Baca Selengkapnya... ]

Pay It Forward



Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film "PAY IT FORWARD" bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.

Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: "PAY IT FORWARD"

Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.

Percobaanpun dimulai :

Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor. Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya "PAY IT FORWARD, MOM"

Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi kerumah ibunya (nenek si revor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan :"PAY IT FORWARD,MOM"

Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan : "PAY IT FORWARD,SON".

Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis ke ci l yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis ke ci l begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis ke ci l : "PAY IT FORWARD, SIR"

Ayah si gadis ke ci l yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan: "PAY IT FORWARD"

Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah "PAY IT FORWARD" tersebut, jiwa kewartawa nanny a mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.

Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak ke ci l ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua p emi rsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.

Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul dihalaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka ci ta terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.

Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan didalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepadaNya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: "PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU (Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada disekitarmu)."

[ Baca Selengkapnya... ]

Bukan Kelas Anak Ayam



Suatu waktu, ada seekor rajawali dewasa yang sedang terbang, dan dari bawah sana ada rajawali kecil yang sedang berkumpul bersama sejumlah anak ayam dan induknya. Rajawali kecil itu melihat ke langit, lalu dengan sedih ia berkata dalam hatinya, "Andaikan aku bisa seperti dia. Terbang tinggi menjulang ke langit. Wah, burung yang gagah, sayapnya sangat lebar". Kemudian ada seekor anak ayam berkata, "Hai, tubuh kamu kok mirip burung yang di atas sana, ya?" Tubuh kamu lain lho dari kami".
"Ah, biarin, yang penting aku tetap anak ayam," balas rajawali kecil. Menyadari hal ini, maka anak ayam tadi mulai menjauhi rajawali kecil. Rajawali kecil jadi sedih, ketika tahu dirinya tidak di sukai saudara-saudaranya. Sepanjang hari hatinya sedih, sambil meratap ia berkata, "Mengapa aku tidak semujur dia?"
Rajawali kecil belum tahu siapa dia sebenarnya. Pikirannya mengatakan dia itu anak ayam. Rajawali kecil terpengaruh oleh lingkungan yang secara alamiah sebetulnya bukan lingkungannya yang sebenarnya. Pantas kalau dia sedih sekali dikucilkan anak-anak ayam yang merasa lain dengannya. Dia belum sadar akan perbedaan yang sangat mendasar itu. Dia berada di lingkungan yang menolak dia, tapi dia tidak menyadari bahwa dia punya kesempatan berada di lingkungan yang jauh lebih istimewa, yang di saksikannya melalui rajawali dewasa yang di kaguminya tadi.
Apakah kita sering terpengaruh situasi tanpa menyadari bahwa kita adalah rajawali-rajawali yang di tetapkan Allah untuk terbang tinggi seiring bertumbuhnya kita ke arah kedewasaan rohani? Apakah sukacita kita hilang karena merasa tidak dapat diterima oleh dunia, sementara kita juga tak berada "di angkasa", sehingga hanya merasa iri dengan kehidupan yang cemerlang dari rajawali-rajawali dewasa" di sekitar kita? Biarlah kita menyadari bahwa apapun keadaan kita sekarang ini, kita dapat bertumbuh lebih mulia dari sekadar menjadi seperti anak-anak Ayam.
Apa hebatnya burung rajawali, sehingga Alkitab mengambilnya sebagai perumpamaan tentang orang-orang yang bersandar kepada Tuhan?
1. Jeli
Salah satu kehebatan burung rajawali yakni kemampuan untuk melihat mangsa dari tempat yang tinggi. Sebagai anak Tuhan, kita harus memunyai mata rohani untuk melihat dan membedakan mana yang baik dan yang jahat. Mana musuh dan mana sahabat. Mana Tuhan dan mana iblis. Mana yang pantas dan mana yang tidak pantas.
2. Kuat
Sekalipun badai yang datang menerpanya, namun tidaklah membahayakan si rajawali yang sedang terbang. Bahkan semakin kencangnya angin bertiup, semakin kuatnya bentangan sayapnya. Sayapnya tidak pernah goyah karena memang kuat. Sekalipun terbang begitu lama, tetapi tidak pernah lelah. Badai (kesulitan ekonomi, pekerjaan, keluarga, jodoh dan masalah lainnya) boleh mengguncangkan kehidupan kita, tetapi kita harus tetap kuat. Bukan karena kuat dan gagahmu tetapi oleh Roh Tuhan.
3. Tegas
Burung rajawali tidak pernah memanjakan anaknya. Jika anaknya hanya mau tinggal di sarang, maka sarang itu akan di goyang-goyang, di acak-acak, di rusak. Mengapa? Karena ia mau anaknya dapat terbang seperti dia dan menantang badai. Pernahkah Anda merasa firman yang sering di sampaikan terlalu keras bagi Anda, seakan-akan firman yang di sajikan itu seperti palu yang menghancurkan dosa (Yeremia 23: 29), seperti api yang menghanguskan (Ibrani 12:29), seperti pedang bermata dua (Ibrani 4:12)? Pernahkah Anda menolak Firman ini dalam hati Anda dan berkata itu tidak cocok untukku? Tegas! Merupakan sifat dari rajawali. Jangan kompromi dengan dosa. Dosa itu harus di rombak seperti Allah menggoyang-hancurkan­ dosa-dosa bangsa Israel (Ulangan 32:11).
Milikilah sifat-sifat seperti burung rajawali, baik itu ketajaman dalam melihat mangsa (dosa), kekuatan sayap yang tak tergoyahkan oleh badai (persoalan hidup), dan menggoyang-hancurkan­ isi sarang (kelemahan-kelemahan­)..

[ Baca Selengkapnya... ]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

SMS Gratis ke semua Operator

SMSan lewat Internet

Kicauan Kami Di Twitter

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Chat


Share/Bookmark

Ayat Alkitab Hari Ini

This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra